Kamis, 16 Desember 2010

...

terasa lelah dan letih beberapa akhir2 ini sampai tidak tau ingin bercerita dengan siapa... dimanakah dirimu saat semua orang sibuk menanyakan tentang rasaku dan kesedihanku ataupun kelelahanku. Dimanakah dirimu saat semuanya telah berubah menjadi hitam dan kelam sampai aku merasa lelah untuk menangis kembali. Membuat diri sibuk dan masuk dalam ruang gelap itu sangat terasa lelah untukku. Dan pada saat aku menangis kembali karena terasa menyakitkan untukku, semakin aku tahu bahwa aku terasa menyedihkan. Lalu, aku mulai ingin berteriak dan mengatakan aku capek dan merasa ingin sedetik saja dapat dipeluk olehmu sambil mengeluarkan air mataku. Tapi, nyatanya hal itu hanya menjadi bayang-bayangku yang belaka dan sebuah mimpi yang tidak pernah terwujud. Bahkan saat semua orang merasa perubahanku, aku pun semakin menyadari bahwa aku akan berubah. Berubah untuk semua orang yang telah membuatku berubah. dan orang-orang tersebut tidak akan pernah merasakan perubahanku, termasuk kamu. Andai pun kau lari dan merasa akan waktu pergimu telah tiba, aku akan berubah secepat mungkin tanpa kau pernah tau siapa diriku.
Sangat susah sekali melakukan hal itu dan ternyata tidak bisa. Terasa lelah untuk dipikirkan dan membuatku berhenti bernafas. akhirnya, aku pun tau... aku tidak akan pernah berubah menjadi bukan diriku lagi di depan mereka ataupun dirimu. Dan perasaan yang tersiksa untukku akan terus menyiksaku sampai aku tidak tau waktunya akan tiba. Sampai aku terpuruk mungkin. Tapi, satu hal yang kau perlu tau. Aku tidak akan pernah merepotkanmu lagi dengan hal-hal tentang diriku. Itulah yang akan kuusahakan lakukan walaupun berubah adalah hal yang mungkin tidak pernah kulakukan.

Sabtu, 04 Desember 2010

:(

Hari ini sedih banget... semuanya hancur dan merasa lelah sampai di sini... merasa menyerah pastinya. Dan merasa tau bahwa semua rasamu memang benar bukan untukku. hanya bisa terus berdoa semoga rasa itu kembali. walaupun tau hal itu tidak mungkin. Kamu benar, aku memang tidak mampu untuk mengatakan kata putus itu duluan. Dan memang benar aku masih berharap kamu kembali untukku. Tapi, apakah rasa itu bisa kembali begitu saja? apakah kebodohanku dan kesabaranku menunggumu kembali akan berbuah bagus dan tidak sia-sia? dan mengapa aku harus menutupi semua kesedihanku dan masalah kita di depan orang banyak? apakah aku memang terlalu bodoh saat ini?
Aku sakit.. sangat sakit.. sampai hari ini pun rasa sakit itu terasa dan berusaha kututup. Menangis?? sudah sering dan terlalu banyak air itu ke luar sampai aku pun tidak tau mengapa aku begitu lemah?
dan hari ini aku merasa harus pergi dan lemah untuk mengganggumu lagi. mengganggumu untuk menunjukkan rasaku yang masih ada, mengganggumu untuk menunjukkan aku sangat ingin kau kembali, dan mengganggumu untuk hanya melihatmu dalam beberapa detik saja. Tapi, karena aku telah merasa lelah dan letih,, hari ini aku seperti menyadari bahwa aku seperti benalu untukmu. benalu yang hanya mengganggumu dengan masalahku, kesedihanku, kegembiraanku, dan banyak hal dalam hidupku. Maka, aku hanya akan menunggu dirimu dan semua keputusanmu di sini sendiri dan sakit tanpa menggangumu dengan banyak hal yang tidak penting dan tidak berarti. Semoga saja, keputusanmu nantinya dan sikapku ini tidak akan menjadi sia-sia untukku dan dirimu.

Kamis, 11 November 2010

Keputusan untuk Benang Merah

Jika ada mulut di dunia ini yang dapat mengatakan segalanya dengan langsung kepadamu, pasti perasaanku dengan mudah tersampaikan. Kelemahanku dan kesalahanku adalah tidak dapat membuat mulutku mengatakan dengan jelas mengenai apa rasa yang ada. Bahkan apabila perasaan itu terlalu menusukku, pasti aku akan semakin terdiam untuk selamanya. Bahkan dirimu akan merasa lelah untuk menanti dan menunggu sebuah jawaban ke luar dari mulutku. Hari ini, aku kembali terpuruk dalam kondisi yang membuatku semakin buruk.
Aku lelah dalam beberapa jam dan terus berusaha melupakan semua kalimat yang terucap dari mulutmu. Tetapi, kenyataannya.... Air itu kembali mengalir di tulang pipiku saat aku tersadar tidak ada seorangpun di sekelilingku.
Mungkin benar, aku bukanlah seorang wanita yang pantas untuk dirimu. Dan mungkin juga benar, aku bukanlah wanita yang dapat bertahan denganmu. Tetapi, kenapa aku tetap mengeluarkan semangatku untuk tetap menjadi yang terbaik dan mempertahankan segalanya... saat semuanya terlihat jelas... bahwa dirimu mungkin akan menyerah untuk benang merah yang lama tersambung ini.
Namun, aku mempunyai keyakinan akan berhenti selamanya saat kau memotong benang merah itu. Karena, aku hanya mempunyai keyakinan dan kekuatan saat kau tetap berjalan bersamaku untuk menahan benang merah itu. Walaupun kau tidak bisa menjadi punggung dan bahu untukku, tetapi aku akan bertahan jika benang merah itu tetap aman dalam posisi yang sama. Jika tidak, aku akan melepaskan benang merah itu dan hanya bisa terduduk diam melihatnya. Merasakan betapa semuanya telah sia-sia dan berakhir dengan cepat di depanku... sambil tidak akan menjadi egois lagi untuk berharap kau adalah hal yang akan terus ada di kobaran api dalam hatiku.
Dan saat itu telah tiba, aku hanya dapat mengeluarkan senyuman terakhir untukmu dan berharap dari kejauhan akan ada hal yang berubah dari putusnya benang merah itu... serta kau pun tidak akan melihat betapa terpuruknya aku yang nantinya akan membuat dirimu ikut terpuruk lebih dalam karena hal itu. Karena, aku yakin... pikiran akan memori itu akan segera hilang dan rasamu akan menemukan sesuatu yang baru... yang lebih baik dariku... Itulah harapan dan doaku untukmu... bukan untukku.

Jumat, 05 November 2010

Menatap Bintang untuk Menahan Air Perih

PRANG... seperti bunyi piring pecah... seperti itulah rasaku yang tak tertahankan lagi. Bisakah semua pecahan piring itu kusambung kembali dan menjadi seperti sedia kala??? Tidak akan bisa kurasa....
Hanya bisa tersenyum di depanmu dan semua orang yang sangat ingin berusaha mengerti aku. Mereka membuatku terasa lemah dan tidak sanggup lagi untuk mengeluarkan air perih itu di wajahku.
Seperti di depanmu, hal yang sama kulakukan di depan mereka. Aku tidak pernah merasa berkeinginan membuatmu buruk di mata mereka. Tetapi, aku tidak sanggup dan merasa lelah menahan semua air perih itu. Yang hanya bisa kukeluarkan saat tidak ada dirimu dan siapapun di dunia ini.
"Aku membutuhkanmu" itulah perkataan yang terus tergambar dengan jelas di tempatku bernafas. Hingga aku merasa lelah dan masuk ke dalam lubang yang gelap untuk menemukan dirimu yang telah hilang bersama pecahan piring itu. Tetapi, saat aku tersadar kembali dan membuka mata... Dirimu bahkan bayanganmu... tidak pernah muncul di depanku lagi. Dan kebodohanku mulai tampak saat merasa dan berharap kau akan datang melihatku.
Walaupun hanya datang dan tersenyum, aku pun tetap berharap akan itu. Juga sayap lebar yang mendekapku hanya sebagai bonus dalam semua harapanku. Apakah semua itu tidak akan pernah tampak dan hadir lagi dalam hidupku? Sepertinya iya. Aku telah merasa kehilangan segalanya dan merasa logikaku kecil karena membiarkan dirimu pergi melewatiku. Bahkan saat kata yang jelas tergambar itu tetap kurasakan, aku tetap menatap bintang untuk membuat air perih itu tertahan sejenak. Dan tidak akan pernah tau sampai kapan aku menatap bintang setiap harapanku muncul. Dan tidak akan pernah terjadi lagi untuk selamanya mungkin.

Rabu, 03 November 2010

Kekebalanku untuk Kelunturan

Permulaan yang awalnya bagus dan mulai menipis akhirnya... Penipisan dan kelunturan cat dalam kain itu telah kusadari dalam waktu lama. Hanya saja mungkin aku terlalu lemah dan tidak mempunyai kekuatan untuk mengatasi kelunturan itu semakin menyebar dimana-mana. Warnanya luntur dan tidak secerah pertama kali aku melihatnya. Tetapi, aku tetap berusaha menyiram pemutih di bagian luntur itu agar terlihat cerah kembali sesuai dengan yang kuinginkan.
Mungkin semua orang akan menganggapku naif atau terlalu jatuh saat menyiram pemutih itu. Tetapi, aku terus berusaha agar pemutih itu dapat mencerahkan segalanya.
Dan mungkin dapat mengembalikan juga segala hal yang berbalik sekarang.
BODOH!!! ya, mungkin! tetapi, aku tidak pernah merasa kebodohan itu benar-benar menjadi milikku saat kusiram segalanya. Jadi sebenarnya, pertanyaan besar itu semakin terasa dalam sanubariku....
Apakah luntur itu dapat menjadi putih dan cerah kembali? atau sampai kapan pemutih itu dapat menahan segalanya agar tidak luntur kembali?
Mungkin jawabannya tidak ada yang tau... dan aku terus menerus tidak menyadari segala hal yang luntur itu... sehingga mmebuatku ingin terus menusuk semakin dalam rasa ini agar aku berhenti merasakannya. Berhenti merasakan sakitnya atau merasakan hal-hal luntur yang benar-benar menjadi milikku sekarang!
Namun, harapan tinggi itu masih selalu kutanam sampai aku tidak dapat merasakan sakitnya lagi... seperti kebal akan sakit itu... Dan sampai waktu itu tiba, mungkin kesadaran akan muncul dan kelunturan itu tidak akan pernah ada lagi. Tetapi, semua itu akan menjadi terlambat... sangat terlambat... dan kekebalanku sudah berhenti untuk dirimu lagi.

Jumat, 08 Oktober 2010

Terima Kasih Bintang

Perlahan dan pasti. Itu yang aku inginkan untukmu agar menungguku. Berharap kau dapat mengerti diriku lebih daripada siapapun. Termasuk dari semua orang yang sangat terus menyakitiku. Aku melangkah dengan posisi yang sama tanpa mengharapkan apapun dari semua hubungan ini. Pengharapan itu berhenti saat aku tau kau mempunyai pikiran seperti itu. Mempunyai pikiran yang selama ini akhirnya membuatku berhenti berpikir, berbicara, dan rasanya berhenti merasakan.
Bahkan aku pun tidak tau seberapa besar rasa sakit itu terhadapku. Aku sakit dan kau pun ternyata sakit. Perbuatanku semakin menyakitimu dan membuatku merasa terus menunduk karena rasa bersalah. Tetapi, apakah kau pernah tau akan rasaku yang hilang begitu saja saat semua rasamu juga pergi begitu saja.
Aku bukanlah mereka yang akan mempunyai pemikiran dan sikap yang sama. Tapi, kau seolah-olah mempunyai anggapan seperti itu. Kau membuatku terus bersalah dan membuatku berhenti bernafas karena sakitnya.
Aku akan berusaha merubah segalanya dan mempertahankan segalanya, tetapi jika bintang itu masih memberikan harapan untukku dan untukmu.
Dan walaupun bintang itu tidak akan pernah menjadi milikku lagi, aku akan berhenti sampai di sini. Dan tidak akan menyakiti dirimu terlalu jauh lagi. karena kau seperti tersakiti denganku maka aku akan berhenti menyakitimu.
Dan mungkin itulah sebagai pertanda bintang itu akan berhenti bersinar untuk selamanya.
Harapanku adalah kau dapat merasakan dan mengerti usahaku untuk membuat bintang itu bersinar terus sampai selamanya. Tetapi, jika tidak bersinar dengan terang lagi, aku akan berusaha melepaskan bintang itu sebagai kenangan untukmu dengan harapan kau mendapat bintang yang lebih terang daripada bintang yang kumiliki. Terima kasih bintangku. Hanya itu yang ingin kudengar walaupun bintangku tidak bersinar lagi dan bukan untukmu lagi.

Kamis, 23 September 2010

Hal yang Bersifat Manipulasi

Tertawa... ya mungkin hanya dengan tertawa segalanya dapat berubah secepatnya. Saat benar-benar merasa ingin tertawa, saat itulah aku merasa tetesan itu jatuh. Begitu juga sebaliknya... saat tetesan itu jatuh, saat itulah aku ingin sekali tertawa dengan kerasnya. Membuat suatu manipulasi dalam segalanya. Sampai akhirnya, aku merasa bingung akan perbedaan waktu yang harus kulakukan dalam dua hal tersebut. Apakah aku harus tertawa saat sebuah pelangi dengan indahnya di depan mataku atau harus meneteskan air itu saat ketajaman pecahan kaca itu menusukku???
Mungkin manipulasi itu telah benar-benar terwujud dengan cantik dan tidak menghilangkan jejak sedikitpun. Termasuk membuat hal itu menjadi pemikiran dalam logika siapapun juga. Tapi, ternyata hal itu membuatku semakin tersungkur dan tidak menemui jalan baru dalam menghapus hal itu. Bisakah??mampukah??itu semua kukembalikan sesuai jalannya dan bukan menjadi manipulasi yang salah arahnya???
Aku tidak tau... benar-benar tidak tau...
Namun, aku terus mencoba mengarahkan kedua jalan itu mengikuti pemikiran dan arah nafasku. Terasa sulit memang... dan membuatku merasa semakin nyaman dengan keadaan ini. Kenyamanan ini jugalah yang membuatku bertahan dalam manipulasi tersebut. Karena aku tau,,,segalanya telah berubah... dan manipulasi itu membuatku lebih bertahan hidup di hadapan semua malaikat-malaikat yang mengeliliku. Termasuk iblis-iblis yang juga mendukung kenyamananku. Dan malaikat yang mempunyai peranan sebagai malaikat dan iblislah yang membuatku merasa harus melakukan manipulasi ini tanpa maksud apapun...Hanya saja harus kulakukan dan kupertahankan sampai tidak ada ujungnya...Untuk malaikat sang iblis itu... yang membuat manipulasi ini semakin menusukku perlahan... sekejap... dan menghilangkanku dengan mudah tanpa kutahu kapan waktunya itu. Waktunya aku merasa cukup atau merasa harus mengembalikan arah manipulasi dengan benar.